Derai Air Mata , Dita (174)
Tantangan Menulis Hari ke 174
#TantanganGurusiana
Setelah memijat nenek ijah, kakek Bahar mengajak Dita makan bersama, karena sup ayam bikinan kakek Bahar sudah siap untuk di santap. Semua sudah terhidang di atas tikar pandan. Sup ayam yang masih mengepulkan asap buatan kakek Bahar pun sudah terhidang, Bau wangi sup menguar keseluruh ruangan. Bau supnya sangat membangkitkan selera makan.
"Kakek, nenek Ijah belum makan. Biar Dita bantu nenek untuk menyuapinya? Tawar Dita pada kakek Bahar. Dita bergegas mengambil piring untuk nenek, namun tangan kakek Bahar menahannya.
"Dita juga laparkan?"
Ragu-ragu Dita mengangguk. Dita menyadari, sedari pagi ia belum makan. Hanya sarapan teh manis dengan sebungkal roti tawar.
"Masalah nenek tidak usah Dita pikirkan, biar kakek yang akan menyuapinya. Kakek akan makan sepiring berdua dengan nenek," Kakek Bahar mengulum senyum melihat Dita manggut-manggut. Kakek kemudian menoleh pada nenek Ijah yang sedang manatapnya dengan pandangan tak mengenakkan.
Selesai makan Dita merapikan tempat makan. Tikar kembali di gulung, dan lantai juga disapunya. Piring-piring yang kotor sudah ia cuci bersih. Merasa yakin semua sudah bersih dan rapi, Dita membentangkan kasur untuk tempat tidurnya di sudut ruangan. Tanpa menunggu lama, tubuhnya yang letih langsung di rebahkan. Hanya membutuhkan beberapa menit, mata Dita mulai terpejam rapat.
Melihat Dita sudah mulai pulas, kakek Bahar mengambil selimut dan menutupi tubuh mungilnya. Sejenak kakek Bahar terpaku menatapnya. Hatinya terenyuh, nanar ia memandang wajah kecil yang masih polos di hadapannya. Gadis kecil yang akan beranjak remaja, namun tanpa kasih sayang dari orangtuanya. Rasa sayang kakek tiba-tiba menghentak dari kalbunya. Perasaannya bergemuruh, kakek Bahar berbisik pelan ke telinga Dita sambil tersenyum. “Kakek akan menggantikan orantuamu, Nak, semampunya kakek akan menyayangi dan melindungimu. Kakek juga sangat bahagia memilikimu, Nak. Walau masih kecil tapi Dita sudah memiliki watak dan sikap yang baik.” Kemudian kakek Bahar mengusap sepenuh kasih wajah mungil itu. "Dari dulu aku menginginkan seorang anak, namun baru sekarang doa itu terjawab, walau ia bukan anak kandungku. Aku akan menjaga, dan akan merawatnya sepenuh hatiku," janji kakek Bahar pada diirinya sendiri.
Kakek melangkah menjauhi Dita, ia pun membentangkan kasur di dekat dipan nenek Ijah, tubuhnya yang letih juga minta untuk diistirahatkan. Sebelum ia merebahkan badannya, kakek Bahar memperbaiki selimut nenek yang tertidur pulas.
Kakek Bahar menatap nenek Ijah dan kemudian meraba wajah yang mulai keriput itu sepenuh hati. "Ijah, semoga kamu mau menerima Dita sebagai anak kandung kita, walau ia bukan berasal dari darah daging kita, " bisik kakek Bahar pada telinga nenek yang sedang tidur nyenyak dengan dengkur halusnya.
(bersambung)
Padang beloved city
Senin, 06 JUli 2020
sumber gambar : https://images.app.goo.gl/T4wpQJeta6JWF6gcA
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bagus buk ceritanya...saya tunggu kelanjutannya...
Oke, buk catur. siaap untuk d lanjutkan
Cerita yg keren bunda. Lanjutkan...Terimakasih telah setia berkunjung ke sriyonospd.gurusiana.id
Terimakasih, pak blangkon
Mantap ceritanya, bu. Sukses untuk ibu.
Terimakasih, bu irfa..
Bagus ceritanya, sukses selalu bu
Terimakasih, bu trisna..terimakasih, bu jafnel
yuuh, sayangnya kakek bahar pada dita dan nek ijah...lanjut bu
Iya, pak sayang sampai maut yg memisahkan
Keren ceritanya ibu cantik.. Sukses selalu
Terimakasih, bu trisna..
Ceritanya bagus bu. Lanjut....
Siaaap, bu nur. Kita lanjut..
Cernaknya asyik buu, next...udah saya follow bun
Asiiiaaappp...bu haryenti. Terimakasih...
Bagus ceritanya buk, salam.
Terimakasih, pak Asril. Salam kembali..